PRINSIP
PRODUKSI DALAM ISLAM
Disusun oleh:
Wahyudi
Rauzatul
Jannah
Yanna Riza
KEMENTERIAN
RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
FAKULTAS
EKONOMI dan BISNIS,
JURUSAN
MANAJEMEN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Produksi,
distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi
yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus
di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak
akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori makro kita memperoleh informasi,
kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan
tingkat produktivitasnya,daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan
kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.
Dari
sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa
yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa
diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup
layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi
konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapt faktor
produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam
memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham ekonomi
sosialalis misalnya memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor
penting. Namun paham ini tidak memeberikan pengakuan dan penghargaan hak milik
individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi
sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini
menguasai dunia,memandang modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting dan oleh sebab itu, para pemilik
modal atau para kapitalislah yang menduduki tempat yang sangat strategis dalam
ekonomi kapitalis.
Ekonomi
konvensional juga kadang melupakan kemana produksinya mengalir. Sepanjang
efesiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai, umumnya mereka sudah
puas. Bahwa ternyata produknya hanya dikonsumsi kecil masyarakat kaya, tidaklah
menjadi kerisauan system ekonomi konvensional.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Produksi Dalam Pandangan Islam ?
2. Apa
Pengertian Produksi ?
3. Apa
Tujuan Produksi Menurut Islam ?
4. Bagaimana
Motif Berproduksi dalam Islam ?
5. Bagaimana
Nilai-nilai Islam dalam Berproduksi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Produksi
Produksi
adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan
bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam
pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka buni ini
semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan
hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Ada juga yang berpendapat bahwa
produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Fungsi
produksi adalah hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah output
yang dapat dihasilkan.Fungsi produksi menentukan berapa besar output, dengan
kandungan berkah tertentu, bisa diproduksi dengan input-input yang disuplai ke
dalam proses produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang tertentu.
Produksi
yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan barang dan jasa dengan
memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat (mashlahah) bagi masyarakat. Dalam
pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebijakan
bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.
B.
Produksi Dalam Pandangan Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam
adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar
akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat:
"Dan dia
Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(al-Jaatsiyah: 13)[1]
Islam
juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang banyak manfaatnya
bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas ini tidak
mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan demikian,
bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam
Islam.
Bagi
Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi sendiri atau
dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada
fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus
pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin dalam QS. Al-hadiid (57) ayat 7:
“Berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.[7] Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar.” QS: Al-hadiid (57) : 7.
Sebagai
modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi
manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat
dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
“Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah[8], padahal kamu Mengetahui”. QS: Al-Baqarah : 22.
C.
Prinsip-prinsip Produksi Dalam Ekonomi
Islam
Menurut
Yusuf Qardhawi, faktor produksi yang utama menurut Al-Qur’an adalah alam dan
kerja manusia. Produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan
manusia. Firman Allah dalam surat Huud ayat 61:
“Dia telah Menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, sesungguhnya Tuuhanku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”
Al-Qur’an dan Hadist
Rasulullah SAW, membrikan arahan megenai prinsip-prinsip produksi sebagai
berikut:
1.
Tugas manusia di muka bumi sebagai
khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah
menciptakan bumi dan langit beserta segala apa yang ada di antara keduanya
karena sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya kepada manusia. Karenanya sifat tersebut
juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan
segala isinya.
2.
Islam selalu mendorong kemajuan di
bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode
ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan
tetapi Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuaan
dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’an dan Hadist.
3.
Teknik produksi diserahkan kepada
keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.
4.
Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada
prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, pada prinsipnya agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak
terdapat ajaran yang memerintahan membiarkan segala urusan berjalan dalam
kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdali
dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawakal kepada-Nya,
sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama selain Islam.
Sesungguhnya Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat,
bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar
adalah konsep penyerahan hasil kepada
Allah Swt. Sebagai pemilih hak prerogratif yang menentukan segala
sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.
Adapun
kaidah-kaidah dalam berproduksi anatara lain adalah:
1. Memproduksi
barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk
membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus
dipenuhi harus dalam prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan
kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan
keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
4. Produkksi
dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu
hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan prasarana yang
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
5. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.
D.
Tujuan Produksi menurut Islam
Sebagaimana
telah dikemukakan, kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan
konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang
atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil dari
produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai
yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan
produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya
tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak berhasil mencapai tujuan
yang diinginkan.
ujuan
seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam persfektif ekonomi
Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen pun juga harus demikian.
Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa
yang memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan
produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai
bentuk di antaranya:
1.
Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat
moderat
2.
Menemukan kebutuhan masyarakat dan
pemenuhannya.
3.
Menyiapkan persediaan barang dan jasa di
masa depan.
4.
Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial
dan ibadah kepada Allah SWT.
E.
Nilai-nilai Islam Dalam Berproduksi[2]
Upaya
produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila
produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagaimana
dalam kegiatan konsumsi. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan dari
perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada
kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”.
Nilai-nilai
Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam
ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci
nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:
1. Berwawasan
jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup
internal atau eksternal.
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan
kebenaran.
4. Berpegang
teguh pada kedisiplinan dan dinamis.
5. Memuliakan prestasi atau produktivitas.
6. Mendorong
ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
7. Menghormati hak milik induvidu.
8. Mengikuti
syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
9. Adil dalam
bertrnsaksi.
10. Memiliki
wawasan sosial.
11. Menghindari
jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi
definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas. Kegiatan produksi
dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan
eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia.
Tujuan
kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang di
wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan
kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di
masa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
Produsen
dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah
maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain
memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua
komponon, yaitu keuntungan dan keberkahan.
Seluruh
kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami,
sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-nilai ini
misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan
akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustafa Edwin Nasution, M.Sc,MAEP, Ph.D. et al.
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2006., cet.I
http://zulkiflisyukur.blogspot.co.id/search/label/ekonomi%20Islam (Dikutip
pada 29 Oktober 2015, 21.00 )
[2] http://zulkiflisyukur.blogspot.co.id/search/label/ekonomi%20Islam (Dikutip pada
29 Oktober 2015, 21.00 )
No comments:
Post a Comment