Powered By Blogger

Tuesday, 22 December 2015

BEBERAPA ISTILAH DALAM MANAJEMEN KEUANGAN

Untuk memenuhi tugas dan hapalan dari dosen, berikut beberapa istilah dalam manajemen  keuangan:



1.      MANJEMEN KEUANGAN  adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.
2.      PROFIT MAXIMINATION adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk menentukan harga dan level output yang memberikan profit yang paling besar. Terdapat beberapa pendekatan untuk masalah ini.
3.      WEALTH MAXIMINATIOON Sebuah proses yang meningkatkan nilai bersih saat ini dari bisnis atau modal pemegang saham keuntungan, dengan tujuan membawa kemungkinan kembali tertinggi. Strategi maksimalisasi kekayaan umumnya melibatkan membuat keputusan investasi keuangan yang sehat yang mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang akan kompromi atau lebih besar daripada manfaat yang diharapkan.

4.      PENJUALAN
-Penjualan bersih atau penjualan netto (net sales) adalah total pendapatan penjualan dikurangi faktor-faktor pengurang seperti retur, komisi dan diskon.
-Penjualan adalah ilmu dan senimempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual, untuk mengajak orang lain bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan”

5.      HARGA POKOK PENJUALAN adalah semua biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual.
6.      EBIT Laba sebelum pajak adalah laba bersih sebelum dikurangi kewajiban pajak
7.      NET INCOME Pendapatan bersih (net income) atau laba bersih atau laba adalah sisa setelah penghasilan dikurangi semua biaya dalam satu periode.
8.      EPS adalah Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.
9.      ROE Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal).
10.  ROA , Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu
11.  NPM , Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.
12.  TATO  Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover/TATO): mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan untuk menciptakan penjualan dan menghasilkan laba Penjualan Perputaran Total Assets x1kali Total Asset
13.  NILAI WAKTU UANG adalah pengakuan atas kemampuan uang untuk mendapatkan bunga dan kondisi yang dihasilkan bahwa semakin jauh ke depan jumlahnya dibayar, semakin berkurang nilai uangnya.
14.  PRESENT VALUE Nilai sekarang (present value) adalah jumlah kas sekarang yang nilainya setara dengan pembayaran atau aliran pembayaran, yang akan diterima di masa depan.
15.  FUTURE VALUE adalah nilai uang di masa yang akan datang dengan tingkat bunga tertentu.
16.  PRESENT VALUE ANNUITY nilai hari ini dari pembayaran sejumlah dana tertentu yang dilakukan secara teratur selama waktu yang telah ditentukan.
17.  FUTURE VALUE ANNUITY Mencari nilai akan datang dari suatu anuitas yang dibayar setiap akhir periode
18.  NET PRESENT VALUE /NPV (nilai tunai sekarang netto) adalah aliran manfaat dan biaya masa depan yang dikonversi menjadi nilai setara hari ini.
19.  PAYBACK  PERIOD Periode balik modaladalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk semua aliran arus kas masuk dari proyek menyamai semua aliran kas yang telah dikeluarkan.
20.  PROFIT INDEX  Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi antara Present Value dari Proceeds dengan Present Value dari Outlays.
21.  INFLASI adalah kenaikan terus-menerus tingkat harga konsumen dan upah atau penurunan terus-menerus daya beli uang, yang disebabkan oleh peningkatan mata uang yang beredar melebihi kenaikan jumlah barang dan jasa yang tersedia.

22.  NON PERFORMING LOAN
23.  LEVERAGE dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap
24.  BAD DEBT Piutang yang disangsikan atau diragukan penerimaannya karena kegagalan usaha atau memang merupakan suatu kesengajaan debitur tidak membayarnya.
25.  NERACA Neraca adalah salah satu dari tiga laporan keuangan penting mengenai kinerja dan kesehatan perusahaan, bersama dengan Laporan Laba-Rugi dan Laporan Arus Kas. Neraca adalah snapshot mengenai aset, modal dan kewajiban perusahaan. Neraca merinci dari mana uang berasal dan digunakan untuk apa. Persamaan

26.  AKTIVA LANCAR Aktiva yang dimiliki perusahaan yang dapat segera berubah menjadi uang t unai. Termasuk dalam kelompok ini adalah Piutang Dagang, Deposito, Piuta ng Wesel dan Persediaan
27.  AKTIVA TETAP Aktiva atau harta perusahaan yang tidak bergerak. Masuk dalam kelompok i ni Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan serta Kendaraan
28.  AKTIVA TAK BERWUJUD merupakan aktiva non moneter yang bisa diidentifikasi, tidak memiliki wujud fisik secara yata serta dimiliki guna menghasilkan maupun menyerahkan barang dan jasa, disewakan ataupun hanya bertujuan administrasi.
29.  HUTANG LANCAR adalah hutang yang harus dibayar dalam 12 bulan atau kurang.
30.  KAS adalah uang tunai dalam bentuk kertas dan koin.
31.  PIUTANG salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut.
32.  PERSEDIANAAN (inventory) adalah pasokan atau stok barang atau produk yang perusahaan miliki untuk dijual. Perusahaan manufaktur mungkin memiliki tiga jenis persediaan: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang siap dijual.
33.  SEWA BAYAR DIMUKA adalah prepaid rent expense yaitu beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus dibayarkan dalam periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.
34.  DEPRESIASI Sejumlah/proporsi nilai dari nilai awal sebuah aset tak bergerak untuk dibebankan sebagai pengeluaran organisasi dalam laporan Pendapatan & Pengeluaran
35.  AMORTISASI
-Melikuidasi secara bertahap: proses bertahap melunasi kewajiban selama periode waktu tertentu. Misalnya jika biaya sebesar Rp 100 juta dan harus diamortisasi selama sepuluh tahun, laporan keuangan akan menunjukkan biaya Rp 10 juta per tahun selama sepuluh tahun. Jika biaya tidak diamortisasi, seluruh Rp 100 juta akan muncul di laporan keuangan sebagai beban pada tahun pengeluaran dilakukan.
-Pengakuan biaya pada saat pemberlakuannya, bukan saat pembayaran, termasuk praktek-praktek seperti penyusutan, deplesi, penghapusan aktiva tidak berwujud, biaya dibayar di muka dan biaya tangguhan.
36.  SEKURITAS Sekuritas atau efek adalah dokumen berupa sertifikat (warkat) fisik atau elektronik yang dapat diperjualbelikan, yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki sebagian kepemilikan atas atau piutang kepada perusahaan.  Sekuritas dapat berupa saham atau obligasi. Sebagian orang juga memasukkan produk derivatif sebagai sekuritas.
37.  MODAL (capital) adalah faktor produksi non-manusia yang digunakan dalam produksi barang dan jasa, dan nilai dari faktor tersebut.
38.  MODAL KERJA (working capital) adalah aset lancar dikurangi kewajiban lancar, mewakili investasi berputar yang dibutuhkan untuk membeli persediaan, membayar hutang usaha, dan pekerjaan dalam proses.
39.  BIAYA MODAL tingkat keuntungan yang disyaratkan (biaya untuk mendapatkan modal)
40.  SAHAM adalah sebuah instrumen yang menandakan posisi kepemilikan (disebut ekuitas) dalam perusahaan, dan merupakan klaim proporsional atas aset dan laba perusahaan. Kepemilikan dalam perusahaan ditentukan oleh jumlah saham seseorang dibagi dengan jumlah total saham yang beredar. Sebagai contoh, jika perusahaan…
41.  OBLIGASI Obligasi adalah bukti hutang di mana perusahaan penerbit biasanya berjanji untuk membayar pemegang obligasi sejumlah bunga untuk jangka waktu tertentu, dan untuk membayar kembali pinjaman sejumlah nominalnya pada tanggal jatuh tempo. Pemegang obligasi adalah kreditur dari korporasi dan bukan pemilik…

42.  HIPOTIK Satu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil pergantian daripadanya bagi perlunasan suatu perutangan.
43.  LABA DITAHAN (retained earnings) adalah laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen tetapi diakumulasikan selama masa usaha perusahaan dan dilaporkan pada bagian kekayaan bersih atau ekuitas dalam neraca.
44.  DEVIDEN adalah pembayaran yang ditetapkan oleh dewan direksi yang akan dibagikan secara pro rata di antara saham yang beredar. Pada saham preferen, umumnya jumlahnya tetap. Pada saham biasa, dividen bervariasi sesuai kinerja dan jumlah kas perusahaan, dan dapat tidak diberikan jika kinerja bisnis buruk atau direksi memutuskan untuk menahan laba untuk berinvestasi dalam pabrik dan peralatan. Kadang-kadang perusahaan akan membayar dividen dari laba masa lalu (cadangan), bahkan jika tidak menghasilkan laba dari operasi saat ini. Semuanya tergantung pada apa yang diyakini sebagai keputusan terbaik bagi perusahaan.
45.  KUPON Kupon adalah coupon yaitu suku bunga atas obligasi yang akan dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi tersebut pada saat tanggal jatuh tempo.
46.  BUNGA Bunga adalah jumlah yang dibebankan oleh pemberi pinjaman untuk penggunaan uangnya, atau jumlah imbalan yang diperoleh dari penyimpanan dana oleh lembaga keuangan.

47.  IDLE CASH (MONEY) atau Uang diam adalah kasus dimana suatu perusahaan/orang  memiliki kelebihan uang yang tidak dimanfaatkan untuk waktu yang lama.
48.  CASH IN HAND uang yang ada di tangan perusahaan

Friday, 11 December 2015

MAKALAH PRINSIP PRODUKSI DALAM ISLAM



PRINSIP PRODUKSI DALAM ISLAM

Disusun oleh:
Wahyudi
Rauzatul Jannah
Yanna Riza


 




  


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS,
JURUSAN MANAJEMEN

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori makro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan tingkat produktivitasnya,daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.
Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapt faktor produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham ekonomi sosialalis misalnya memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun paham ini tidak memeberikan pengakuan dan penghargaan hak milik individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini menguasai dunia,memandang modal atau kapital sebagai unsur yang  terpenting dan oleh sebab itu, para pemilik modal atau para kapitalislah yang menduduki tempat yang sangat strategis dalam ekonomi kapitalis.
Ekonomi konvensional juga kadang melupakan kemana produksinya mengalir. Sepanjang efesiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai, umumnya mereka sudah puas. Bahwa ternyata produknya hanya dikonsumsi kecil masyarakat kaya, tidaklah menjadi kerisauan system ekonomi konvensional.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Produksi Dalam Pandangan Islam ?
2.      Apa Pengertian Produksi ?
3.      Apa  Tujuan  Produksi Menurut Islam ?
4.      Bagaimana Motif Berproduksi dalam Islam ?
5.      Bagaimana Nilai-nilai Islam dalam Berproduksi ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Produksi
              Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka buni ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Ada juga yang berpendapat bahwa produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
              Fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah output yang dapat dihasilkan.Fungsi produksi menentukan berapa besar output, dengan kandungan berkah tertentu, bisa diproduksi dengan input-input yang disuplai ke dalam proses produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang tertentu. 
              Produksi yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat (mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.
B.     Produksi Dalam Pandangan Islam
        Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat:
"Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (al-Jaatsiyah: 13)[1]
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin dalam QS. Al-hadiid (57) ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.[7] Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS: Al-hadiid (57) : 7.
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[8], padahal kamu Mengetahui”. QS: Al-Baqarah : 22.
C.     Prinsip-prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam
Menurut Yusuf Qardhawi, faktor produksi yang utama menurut Al-Qur’an adalah alam dan kerja manusia. Produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan manusia. Firman Allah dalam surat Huud ayat 61:
Dia telah Menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, sesungguhnya Tuuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”
Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW, membrikan arahan megenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:
1.      Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit beserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya kepada manusia. Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.
2.      Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuaan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’an dan Hadist.
3.      Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.
4.      Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdali dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawakal kepada-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama selain Islam. Sesungguhnya Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada  Allah Swt. Sebagai pemilih hak prerogratif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi anatara lain adalah:
1.      Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2.       Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3.       Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
4.      Produkksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
5.      Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.


D.    Tujuan Produksi menurut Islam
Sebagaimana telah dikemukakan, kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil dari produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
ujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam persfektif ekonomi Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen pun juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya:
1.      Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
2.      Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
3.      Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan.
4.      Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.

E.     Nilai-nilai Islam Dalam Berproduksi[2]
Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagaimana dalam kegiatan konsumsi. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”.
Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:
1.      Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
2.       Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
3.       Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
4.      Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.
5.       Memuliakan prestasi atau produktivitas.
6.      Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
7.       Menghormati hak  milik induvidu.
8.      Mengikuti syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
9.      Adil dalam bertrnsaksi.
10.  Memiliki wawasan sosial.
11.  Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas. Kegiatan produksi dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia.
                Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang di wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
                Produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua komponon, yaitu keuntungan dan keberkahan.
                Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-nilai ini misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.


DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Edwin Nasution, M.Sc,MAEP, Ph.D. et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2006., cet.I


[1] Mustafa Edwin Nasution,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, kencana, jakarta 2006, hlm 104